Panasnya Pilpres Tak Seperti Pilkades

Panasnya pilpres tak seperti pilkades - Panase pilihan Presiden gak koyo pilihan Kepala Desa, bahasa Kampung Dempel. Yang akan di langsungkan pada 15/09/2019.

Banyak yang mengomentari judul tajuk diatas sebelum diunggah oleh Admin. Entah mengapa banyak yang meng "iya" kan.

Contoh saja "Yasman" meng iya kan apa yang disampaikan oleh Admin sewaktu berbincang-bincang sejenak.

Katanya "Eh, ojo sampek panas, Kampung Dempel iki, nek iso adem ayem, milih sopo-sopo iku hak e, seng penting tetep rukun".

Masuk akal juga jika dipahami mendalam apa yang disampaikan oleh Yasman yang baru pulang dari Jakarta, mengingat Dempel merupakan kampung kecil yang cacah jiwonya saja tidak sampai 500 orang dari jumlah KK yang ada.

Panasnya Pilpres Tak Seperti Pilkades

Pagelaran Pilkades yang di gelar tanggal 15 September 2019 menjadi orientasi tersendiri. Jika tidak ada lawan dalam sebuah pencalonan, apa boleh buat! Tetapi jika calon ada 2 (dua), 3 (tiga), dan bahkan lebih, maka sebagai pemilih pasti akan menimbang bobot dari masing-masing calon tersebut.

Warga Kampung Dempel hanya cukup sekedar sebagai pemilih, tidak ada yang mewakili menjadi pemilih.

Jika melihat tanggal, bulan, dan tahun. 15919 yang bila 15+9+19 maka jumlahnya adalah 43, dan jika 4 dan 3 ini di jumlahkan maka hasilnya adalah 7 atau pitu.
Siapa saja yang akan kita pilih nantinya bisa menjadi pitulung warganya.

Sejak dipampangkannya informasi pemilihan di beberapa sudut warung oleh panitia pemilihan baik di tengah desa, pertigaan dan perempatan jalan sejak bulan Juni 2019, warga hanya sekedar menerka siapa yang menjadi balonnya alias bakal calon. Apakah ada lawan atau cukup incumbent?

Bergulirnya waktu hingga awal Juli dan melihat animo geliatnya masyarakat, tersiar kabar ada dua orang yang mencalonkan diri.

Mereka adalah Karjono dan Rofiq, dan mereka berdua adalah calon-calon lama yang pernah menjabat sebelumnya.

Sebagai warga yang sudah mempunyai hak untuk memilih siapa yang akan dipilih nantinya, pasti sudah merasakan kepemimpinan kedua belah pasangan. Memilih K atau memilih R itu adalah hak masing-masing individu setiap orang.

Jangan sampai karena beda pilihan memunculkan ketersinggungan berkepanjangan antar tetangga utamanya.

Ojo pecah amergo pilihan lurah, ora perlu gontok-gontokan opo maneh tukar padu marang tonggo lan seduluran, eling yen mbesok koe duwe gawe .

Seng urun tenogo yo tonggo, seng njukuk bolo pecah yo tonggo, seng noto kursi lan terub yo tonggo, seng ngiderne ulem yo tonggo, seng rewang-rewang yo tonggo. Mongko ojo sampek seduluranmu bubrah amergo pilihan lurah.

Lurah kui Ngelu Neng Sirah.(*)

Posting Komentar

0 Komentar